EKSPRESI ARTISTIK PANTAI MALALAYANG DAN KALASEI KARYA ARIE TULUS oleh Drs.Meyer Matey.M.Sn.


Pantai Malalayang 2017. Arie Tulus  Akrilik diatas kanvas  90x60 Cm


Pantai Kalasei. 2017. Arie Tulus. Akrilik diatas kanvas 90x60 Cm. 


EKSPRESI ARTISTIK PANTAI MALALAYANG DAN KALASEI KARYA ARIE TULUS
oleh Drs.Meyer Matey.M.Sn.


Seni lukis merupakan karya seni dua dimensi yang telah lama ada dan sudah dikenal oleh masyarakat sejak masa lampau. Di Indonesia terdapat begitu banyak seniman lukis tersohor yang mengekspresikan ide/gagasan melalui teknik maupun aliran seninya. Garis, tekstur, warna, bentuk dan bidang terpadu dan ditata dalam sebuah komposisi.

Arie Tulus, Maria Budiyatmi, Alvin J. Tinangon, dan Deny Katili merupakan beberapa nama pelukis Kawanua atau Pelukis Sulawesi Utara yang melakukan aktivitas melukis sebagai bagian dari gelora ekspresi artistiknya pada bidang kanvas dalam pameran bertajuk berARTi di Hotel Sintesa Peninsula Manado yang dibuka oleh wakil Wali Kota Manado bapak Mor Bastian pada tanggal 4 Oktober 2017, jam 18.00 Wita. Pameran tersebut digelar selama sepuluh hari mulai tanggal 4-14 Oktober 2017. Total jumlah lukisan yang dipamerkan 20 karya, tiap pelukis menyertakan 5 karya terbaik dan spektakuler dalam pameran tersebut untuk diapresiasi oleh berbagai kalangan yang melihat.

Tulisan ini secara khusus difokuskan meneropong karya sang seniman handal, Arie Tulus yang juga berprofesi sebagai dosen di Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado.

Lima karya lukis Arie Tulus berjudul: Menanti, Perahu Gelombang dan Matahari, Menerjang Badai, Pantai Malalayang, dan Pantai Kalasei yang digarap tahun 2017 terpampang dengan megah dan semakin mempercantik wajah ruang hotel Sintesa Peninsula Manado sekaligus menjadi magnet yang kuat terhadap setiap tamu yang berkunjung silih berganti untuk menikmati ide yang tertuang melalui media dan teknik lukis pada setiap lukisan yang terpajang pada standart lukis. Dari lima karya yang dipamerkan, penulis hanya memfokuskan pada lukisan berjudul Pantai Malalayang dan Pantai Kalasei yang condong pada aliran impresionisme yang dibangun melalui ekspresi atau ungkapan maksud, gagasan, perasaan, kemampuan ide yang diwujudkan dalam bentuk nyata.

Visualisasi dua lukisan yang terbingkai rapi dan megah berjudul Pantai Malalayang dan Pantai Kalasei dipilih menjadi bahasan dalam tulisan ini karena sangat unik untuk diungkap keberadaannya dalam perspektif aliran seni lukis.

Pantai Malalayang dan Pantai Kalasei yang natural terbentang di tepi bibir samudera pasifik merupakan dua kawasan wisata di provinsi Sulawesi Utara yang sangat digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat domestik, nasional, maupun mancanegara karena keindahan beberapa unsur seperti struktur bebatuan, deretan pepohonan yang rindang, dan laut yang teduh. Kawasan ini berhadapan langsung dengan Pulau Manado Tua dan Pulau Bunaken yang juga menjadi kawasan objek wisata yang menyuguhkan keragaman keindahan biota laut. Oleh karenanya Pantai Malalayang dan Pantai Kalasei tak luput juga dari pengamatan estetik para pelukis Sulawesi Utara dalam menciptakan beragam lukisan sesuai karakteristik senimannya termasuk Arie Tulus.

Karakter pepohonan yang kokoh tumbuh di celah-celah bebatuan di tepi pantai dengan dahan, ranting saling silang, dan dedaunan saling tindih menciptakan variasi gerak kaku ketika hembusan angin pantai menerpanya. Dedaunan nan hijau yang amat rimbun pertanda alam memberi kesejukan dan keteduhan hati bagi setiap orang yang bernaung di bawahnya. Ombak yang menepi silih berganti menciptakan repetisi alunan irama yang harmoni terhadap setiap telinga yang mendengar.

Kawasan tepi pantai Malalayang dan Kalasei selain ditumbuhi pepohonan seakan susul menyusul dalam suatu barisan yang teratur rapi. Karakter pohon yang kokoh, bertekstur kulit kasar memberikan kesan yang unik untuk diabadikan pada kanvas. Kawasan ini secara alami mempertontonkan hamparan dan onggokan bebatuan berwarna hitam tindih menindih dengan berbagai bobot dan ukurannya yang variatif. Bebatuan tersebut menjadi benteng penopang untuk tumbuhnya pepohonan dari terpaan atau terjangan ombak laut yang menuju ke pantai sekaligus menjadi sarana mencegah terciptanya abrasi sepanjang pesisir pantai yang disediakan alam secara Cuma-cuma. Oleh karenanya pantai tersebut memberi rasa aman dan nyaman bagi setiap pengunjung yang menikmati keramahannya dan estetika alamnya yang natural, termasuk sang seniman lukis Arie Tulus yang berkunjung dalam misi pengabadian objek melalui goresan sketsanya pada kertas dan diakhiri dengan menuangkannya pada bidang kanvas berukuran 90 X 60 cm tahun 2017.

Laut merupakan unsur objek yang tak terpisahkan dari pantai. Bentangan tepi pantai secara natural akan mempengaruhi arah garis tepi laut, sehingga dapat dilihat atau ditemui ada yang lurus dan lengkung atau berkelok-kelok. Terciptanya garis lurus dan lengkung tak lepas dari peristiwa alam itu sendiri yang diakibatkan oleh lembut dan kuatnya daya terjangan ombak silih berganti yang menepi ke area pantai.

Dalam lukisan Pantai malalayang dan Pantai Kalasei menampilkan atau menggambarkan tiga unsur utama yaitu pohon, batu, laut, dan perahu yang terkomposisikan dalam bingkai alam berupa panorama impresif ciptaan Sang Maha Kuasa yang sangat menakjubkan dan berharga bagi kehidupan manusia dalam malepaskan kepenatan untuk mendapatkan kesejukan dan ketenangan jiwa. Di mata para seniman khususnya seniman kawakan Sulawesi Utara Arie Tulus, Pantai Malalayang dan Pantai Kalasei merupakan salah satu sumber inspirasi untuk mewujudkan ekspresi seninya dalam bidang kanvas sebagai geliat jiwa seni dan corong untuk mengkomunikasikan, mempublikasikan estetika objek tersebut secara visual bagi penonton yang melihatnya.

Tampilan lukisan karya Arie Tulus sangat berkarakter nan impresif terpancar melalui bersitan warna-warna impresif seperti warna putih, coklat, hitam, kuning, biru, hijau dan merah. Sapuan-sapuan kuas sang seniman yang artistik pada bentangan kanvas meninggalkan jejak-jejak warna pada bidang begitu nyata. Bentangan kanvas menyembulkan sejuta kesan serta pesona yang tervisualisasikan melalui bahasa rupa yang menyertainya untuk dihayati dan dikenang public setiap saat. Jejak-jejak goresan kuas membentuk objek menghantar kita dalam suatu perenungan yang mendalam.

Pencapaian kesan pada siang hari yang tervisualisasikan pada lukisan tampak nyata yang ditandai melalui penggambaran sinar matahari menerpa beberapa dahan, ranting, daun, pohon, bebatuan, permukaan laut, dan awan menjadi begitu jelas apabila dilihat. Warna-warna objek digarap berdasarkan kebenaran penglihatan atau kebenaran optik sang seniman melalui sebuah perenungan yang dalam. Misalnya cahaya pada objek dalam lukisan menggunakan cat warna putih. Dedaunan berwarna kuning, merah, dan hijau. Dahan dan ranting berwarna coklat tua, coklat mudah, dan hitam. Selain itu sang seniman berusaha mengoptimalkan kemampuan estetiknya dalam mengolah beberapa warna pada palet atau mencampurnya secara langsung di atas kanvas untuk menggarap tekstur pohon yang kasar sesuai kesan optik sang seniman. Garapan-garapan warna divisualisasikan sang seniman disajikan tanpa maksud tertentu atau memiliki arti simbolik terhadap sesuatu.

Oleh karenanya dalam dunia seni lukis, aliran impresionisme desebut juga sebagai aliran Realisme dalam warna atau realism cahaya. Warna tidak memiliki arti simbolik dan idealisme. Tampilan karakter dalam bentuk dan warna objek yang condong alami merupakan gambaran karya kaum pelukis akademik yang masih terikat pada kaidah-kaidah akademik dalam proses cipta karya seni. Selain warna dan bentuk, penerapan perspektif masih tampak jelas terlihat baik menyangkut perspektif dalam aspek warna maupun aspek ukuran atau proporsi objek. Warna-warna pada latar depan (Fore Ground) tampak jelas dan tegas terhadap latar tengah (middle ground) dan latar belakang (back ground).

Ada hal sangat menarik yang dilakukan Arie Tulus untuk disimak dan dicermati secara mendalam terhadap kedua lukisan yang condong impresionisme yang diciptakan tahun 2017 yakni ketika sang seniman menerapkan warna hitam pada lukisannya sebab dalam impresionisme tidak mengenal warna hitam. Terobosan ini tentunya bukan tanpa konsep estetik sang seniman dalam berkarya.
Pertama, penerapan warna hitam tersebut merupakan sebuah langkah maju dalam gejolak kegelisahan yang membelenggu sang seniman yang ingin mendobrak dan keluar dari kaidah impresionisme yang lahir pada abad ke-18 yang dipelopori seniman impersionisme pada zamannya antara lain (Claude Manet, Cezanne, dan Renoir) ketika mereka melukis, mereka menggunakan warna pelangi (warna spektrum) sebagai landasan atau kaidah dalam menentukan dan menerapkan warna objek lukisan. Oleh karenanya dalam impersionisme tidak mengenal penggunaan warna hitam. Sebagai gantinya adalah warna biru, ungu, atau coklat.

Kedua, selain mendobrak, keinginannya untuk mencoba membenturkan kaidah-kaidah kaum impresionis dengan pengalaman estetiknya yang diperoleh secara akademik yang harus diekspresikan dalam karya-karyanya.

Ketiga, setiap seniman memiliki kebebasan berekspresi dan bereksplorasi dalam menentukan media maupun teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan suatu kebaruan atau tidak membelenggu diri pada aliran tertentu dalam berkarya seni.

Keempat, bahwa warna-warna pelangi (warna spektrum) dan warna biru, ungu, dan coklat apabila semuanya dicampur hasilnya berupa warna hitam.

Dengan adanya keberanian Arie Tulus yang sudah melakukan suatu terobosan gagasan imajinatif kreatif yang spektakuler melalui konsep estetiknya dalam dunia seni lukis yang digelutinya dalam kurun waktu yang lama, seakan mulai menerobos cakrawala seni domestik dengan berbagai eksplorasi medium, teknik, dan juga konsep estetik yang digagasnya membuat ia melangkah maju dari konsep estetika kaum impresionisme abad ke-18 untuk memperkenalkan pada publik tentang gagasan konsep estetika impresionisme baru yang sementara ia gagas melalui visualisasi karya-karyanya yang digarap pada tempat kediamannya di Kota Tomohon Sulawesi Utara. Dengan demikian kita semakin mengenal karya dan senimannya.//@


------------------------------------
Penulis adalah
Dosen di Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan
FBS Unima.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesederhanaan Benny Josua Mamoto Pada Upacara Adat Watu Pinawetengan 7 Juli 2016

SAJAK-SAJAK IVONE SOFIA KUMOLONTANG